Ahmad Dhani, musik dan politik kebencian
foto merdeka.com
Ketika menyatakan pencalonannya sebagai Gubenur DKI Jakarta di Pilgub 2017, banyak yang tak terkejut dengan pilihan Ahmad Dhani Prasetyo. Artis tampil di panggung politik Indonesia memang tak asing lagi. Toh banyak artis seperti dia yang bermodal popularitas sudah bisa menjadi figur publik di perpolitikan Indonesia. Entah menjadi birokrat maupun anggota legislastif.
Tapi bukan Ahmad Dhani namanya kalau tak menimbulkan kontroversi. Ciutan-ciutan Twitternya kerap membuat publik terheran-heran dan bahkan tak sedikitnya yang mencacinya degan beragam komentar.
Saya beberapa kali melihat atau berkesempatan mewawancarai Ahmad Dhani dalam acara-acara resmi semenjak dia menyatakan pencalonannya sebagai gubernur. Potongannya tak pernah berubah sebagaimana dia tampil di panggung. Rambut yang dipotong tipis samping tak bisa mengubah sikap publik dari mantan suami Maiya Estianti ini. Dhani itu unik namun kadang dibuat heran oleh komentar-komentarnya.
Dhani dan Ahok
Sudah menjadi konsumsi publik jika Dhani itu tidak suka degan Basuki T Purnama (Ahok). Ketika dia mencalonkan diri sebagai gubernur yang bakal diusung oleh PKB, maka dimulailah ekspansi menggalang dukungan. Dhani dalam komentar-komentarnya di media, menyebut Ahok sebagai pemimpin yang terlibat korupsi, berpihak kepada kalangan atas, dan berkata kasar kepada ibu-ibu.
Kedekatannya dengan aktivis Ratna Sarumpaet belakangan ini juga terus disoroti. Lihat saja aksi demo mereka di gedung KPK beberapa waktu lalu. Keduanya kompak meminta KPK memeriksa Ahok karena terlibat kasus korupsi RS Sumber Waras. Menurut Dhani, aksi itu bukan bagian dari persaingan mereka merebut kursi nomor satu di DKI atau menjatuhkan Ahok.
Kenapa Dhani tidak suka Ahok?
Dalam wawancaranya kepada media merdeka.com, Dhani mengaku sudah mulai benci Ahok sejak tahun 2014 lalu. Kebencian itu bermula ketika mereka makan malam bersama dengan Hashim Djojohadikusomo. Kala itu Dhani kepada Hashim supaya Ahok dijadikan tim sukses di Jakata untuk kemenangan Prabowo.
Namun, menurut Dhani, gaya bicara Ahok kala itu memperlihat ketidakmauannya atas usulan itu. "Dari situ saya berpikir ini kurang ajar banget nih, sudah dijadikan wakil gubernur dibiayai sama Pak Hashim, diminta tolong balik untuk menjadi tim sukses Prabowo dia menolak. Wah ini secara fundamental orang ini tidak tahu budi," kata Dhani seperti dilansir merdeka.com.
Dhani pun menyebut tidak ada orang kuat dibalik ciutan-ciutannya yang berani di Twitter. Dia hanya mengandalkan Tuhan Yang Maha Esa dan martabat dan kebenaran yang dipegangnya.
Menakar politik kebencian
Mungkin berangkat dari ketidaksukaan itulah Dhani kerap menggalang dukungan dengan menyudutkan Ahok. Tapi Dhani lupa, publik mempunyai penilaian tersendiri terhadap Ahok. Dhani kadang terseret pada sikap apatis yang sudah terlanjur ditanamnya kepada Ahok, entahkah niat politiknya datang dari suatu kejujuran moral untuk membangun DKI.
Hanya memang, di mana-mana di muka bumi ini, menebar isu adalah salah satu modal kuat menggalang dukungan dan menarik simpati publik. Lihat saja calon Presiden AS, Donald Trump, sering melontarkan isu SARA merupakan caranya mendatangkan simpati dari pendukungnya. Tapi di mata dunia, Donald Trump hanya akan menjadi bomerang bagi hubungan antaragama dan kebebasan memeluk keyakinan.
Jika Dhani start dengan safari politiknya yang seperti itu, percaya atau tidak justru penolakan lah yang diterima Dhani. Sebab, membangun politik kebencian hanya menimbun kebencian pula. Dhani lupa, DKI Jakarta dan bahkan Indonesia bukan tempat bagi kalangan fanatik dan puritan. Jakarta adalah locus global, tempat perbedaan paling kentara disoroti dunia. Jakarta atau Indonesia adalah barometer baru dalam demokrasi. Pula, isu SARA bakal tak mempan untuk mengalahkan Ahok.
Dhani, hemat saya terjebak dalam politik laten Indonesia yang sakras, munafik dan pencitraan yang kuat. Paling tidak, yang menjadi ukuran saat ini adalah kepercayaan, integritas dan kemauan untuk merubah wajah birokrasi yang cendrung nepotisme. Dan Dhani belum menunjukan hal itu sebelum jauh melangkah ke panggung politik.
Dhani itu gubernur musik
Dhani itu orang hebat. Siapa yang tak mengenal Ahmad Dhani di kolong langit Indonesia ini? Dia adalah salah satu musisi sekaligus produser papan atas di Indonesia. Karya-karyanya patut diacungi jempol. Di atas panggung, seorang Ahmad Dhani adalah pribadi yang punya karisma tersendiri.
Dibalik sikapnya yang kontroversial, Dhani tetaplah seorang musikus yang hebat. Kagum ketika melihat aksinya di atas panggung. Di sana lah sosok Dhani yang sebenarnya, manusia yang hebat dalam sebuah karya seni (meski dia mengaku musik hanyalah sebuah hobi).
Dan, jika Dhani serius terjun ke dunia politik, dia harus mampu membangun kepercayaan publik tanpa menyebar kebenciannya kepada Ahok ataupun lawan-lawan politik lainnya ke depan.
Comments
Post a Comment