Posts

Showing posts from October, 2016

Sulitnya menembus dinding BIN di pengungkapan kasus Munir

Image
Bekerja di bawah aturan non-projusticia seolah menjadi 'kegeraman' tersendiri bagi mantan anggota Tim Pencari Fakta, Hendardi. Meski mengantongi nama-nama yang diduga terlibat kuat dalam kasus pembunuhan aktivis Munir Said Thalib, Hendardi dan anggota lainnya tidak diperbolehkan untuk mengungkapkannya ke publik. Tim Pencari Fakta merupakan lembaga non-projusticia. Sesuai Keppres No. 11 tahun 2004, mereka hanya bertugas untuk menelusuri fakta. Fakta itu dijadikan laporan yang diserahkan kepada kepada mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.   Hendardi pun berharap agar Presiden Jokowi segera menemukan dokumen yang serahkan akhir Juni 2005 silam. Di dalam dokumen itu terdapat nama-nama yang diduga terkait kuat dalam kasus Munir.

Cerita dibalik raibnya dokumen asli pembunuhan Munir

Image
"Kasus Munir belum berhenti," pekik Direktur Imparsial Al Araf di kantor Imparsial, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (27/10). Disampingnya, dua mantan anggota Tim Pencari Fakta, Hendardi dan Amiruddin Al Rahab ikut mengamini.  Mereka mendesak agar Presiden Jokowi segera menemukan dokumen yang tidak jelas keberadaannya saat ini. Adapun dokumen itu sudah diserahkan kepada mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara beberapa tahun silam.

Otak dibalik pengubahan naskah Sumpah Pemuda

Image
Minggu 28 Oktober 1928, ratusan pemuda berkumpul di Gedung Oost-Java Bioscoop, Batavia. Sejarah mencatat, di tempat ini lah dibacakan naskah Sumpah Pemuda, sebuah ikhtiar yang lahir untuk memperkuat persatuan dan kesatuan para pemuda dari berbagai daerah. Konges Pemuda II inilah diyakini sebagai benih awal cita-cita berdirinya negara Indonesia. Awalnya pertemuan itu disebut 'Kerapatan Pemuda II' yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari Kerapatan Pemuda I pada awal Mei 1926. Namun, karena belum menemukan kesepakatan, direncakan adanya kongres yang kedua.

Jejak Irman Gusman di kasus suap impor gula

Image
Sabtu 9 Oktober 2016, pukul 01.00 WIB dini hari, mantan Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman baru saja menerima kedua tamunya, Direktur Utama CV Semesta Berjaya, Xaveriandy Sutanto, dan istrinya, Memi. Bersama istrinya, Irman memeriksa kondisi rumah karena sudah larut malam. Sejurus kemudian, tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendatangi rumah terletak di Jalan Denpasar C3 Nomor 8, Setiabudi, Jakarta Selatan. Kejadian itu berlangsung sekitar pukul 01.00 WIB. Xaveriandy dan Memi tak berkutik di tengah barisan penyidik KPK itu.

'Menjerat pengaruh Irman Gusman dengan hukum' di kasus suap impor gula

Image
Kasus dugaan suap terkait lobi penambahan kuota seribu ton gula di Sumatera Barat menjegal mantan Ketua DPD, Irman Gusman. Irman tersohor sebagai salah satu pegiat anti- korupsi di Indonesia diduga menerima sogokan Rp 100 juta dari CV Semesta Berjaya. Uang disimpan dalam sebuah bungkusan itu diberikan langsung oleh pemilik CV SB, Xaveriandy Sutanto, dan istrinya, Memi, di kediaman Irman di Jalan Denpasar C3 Nomor 8, Setiabudi, Jakarta Selatan, Sabtu (17/9). Selepas ditangkap tangan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan ketiganya sebagai tersangka.

Dusta penyiksaan para jenderal korban peristiwa 1965

Image
"Penderitaan itu pedih jenderal, pedih. Coba rasakan sayatan silet ini, juga pedih tapi tidak sepedih penderitaan rakyat," kata seorang perempuan. Dia pun mulai menyayatkan silet itu pada wajah Mayjen Soeprapto. Kisah penyiksaan para jenderal ini menjadi warna dalam Pengkhianatan G30S/PKI besutan sutradara Arifin C. Noer. Film yang wajib ditonton setiap 30 September di era Orde Baru ini mengisahkan penyiksaan yang dilakukan anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) kepada para jenderal.

Nasib rumah para jenderal korban peristiwa 65

Image
Dini hari, 1 Oktober 1965, Pasukan Cakrabirawa menyantroni tujuh rumah jenderal TNI Angkatan Darat secara serentak. Mereka berdalih membawa pesan Presiden Soekarno, menuntut petinggi militer yang mereka jemput untuk ikut tanpa bertanya-tanya lagi. Belakangan baru diketahui enam jenderal dibawa ke sumur tua di Desa Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur. Dari ketujuh jenderal ini, hanya Letjen A. H Nasution yang selamat. Sementara enam jenderal lainnya yakni Letjen A. Yani, Mayjen Raden Suprapto, Mayjen Mas Tirtodaro Haryono, Mayjen Siswondo Parman, Brigjen Donald Isaac Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomihardjo ditemukan tewas di Lubang Buaya.

'Sastrawan' itu bernama Fadli Zon

Image
Tepat dua tahun pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, politikus Fadli Zon kembali mengkritik Presiden Jokowi. Tidak seperti kritik biasanya, kali ini Fadli mengingatkan keduanya dalam sebuah puisi yang berjudul 'Dua tahun sudah berjalan'. Menurut Fadli, dua tahun Kabinet Kerja berjalan, angka pengangguran masih tinggi di Indonesia. Tingginya pengguran itu menurutnya tak lepas dari kebijakan membolehkan tenaga asing bekerja di Indonesia, khususnya WNA Cina. Fadli dalam puisinya menempatkan Jokowi sebagai 'sekutu Cina' dengan kata merajalela. Lihat kata Fadli: dua tahun berjalan sudah / cari kerja semakin payah / pengangguran dimana-mana / buruh Cina merajalela / buruh kita tetap merana. 

Watak buruk politik blusukan

Image
Resmi maju sebagai calon gubernur di Pilkada DKI Jakarta 2017, dua paslon penantang, Agus Harimurti Yudhoyono-Silvia Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sudah mulai gencar melakukan blusukan. Membawa tim sukses masing-masing, kedua pasangan ini muncul di pasar, rumah warga, daerah pinggiran, rumah ibadah, dan sebagainya.  Mereka, dengan segala cara agar bisa dikenal dengan cara mempromosikan diri melalui blusukan ke masyarakat. Sebab melawan petahana Basuki T Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat bukan pekerjaan gampang. Ahok-Djarot sudah jauh lebih unggul dari segi popularitas, elektabiltas dan termasuk aksesibilitas sebagai calon petahana.

Tikus-tikus korup akan diringkus Ahok

Image
Saya tersenyum begitu Basuki T Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat ingin membasmikan tikus-tikus di DKI Jakarta. Gerakan Basmi Tikus (GBT), begitu nama ide pasangan petahana ini. Saya sepakat. Tikus-tikus ada di mana-mana. Menggangu dan menjijikkan. Jijik melihat tikus yang mirip besarnya bisa mencapai kucing. Malahan, tikus di Jakarta tidak takut dengan kucing. GBT tidak saja program. Ada juga nilai persuasif plus edukatifnya. Mengajak masyarakat yang dekat dengan tikus (rumah-rumah warga atau lokasi yang dikerumuni tikus) dengan bayaran sebesar Rp 20.000 untuk seekor tikus. Lumayan. Tambah modal di Warkop. Itu nilai persuasifnya. Sedangkan edukatifnya adalah mengajak masyarakat untuk hidup lebih bersih dan memperhatikan lingkungannya.

Kisah Ayati, bertemu kakaknya setelah tiga tahun gila

Image
Ayati (43) memeluk erat Asep (49) di Panti Laras II, Grogol, Jakarta Barat. Tangis keduanya pecah. Di luar gedung, hujan semakin deras. Ayati seakan tak mau melepaskan pelukan Asep. Begitu pun sebaliknya. Adik kakak ini berpisah sekian tahun setelah Ayati menghilang dari rumahnya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Setelah bercerai dengan suaminya, Ayati datang ke Jakarta dan mulai kehilangan arah hidupnya. Mengusir kekalutan karena diceraikan suami, dia nekad ke Jakarta tanpa tujuan yang jelas."Hanya main-main saja waktu itu tidak tahu mau buat apa," kisah Ayati kepada saya beberapa waktu lalu di Panti Bina Laras Kluster III.

Ahok dan ayat suci kita

Image
Kehebohan Surat Al Maidah 51 yang dikutip Basuki T Purnama (Ahok) di Kepulauan Seribu menjadi polemik yang berkelanjutan di medsos, termasuk aksi penolakan sejumlah pihak dengan dalil penistaan agama. Saya berpikir, reaksi itu wajar-wajar saja, mengingat, jujur, agama masih menjadi isu sensitif di Indonesia. Mungkin juga Ahok salah. Karena dia, walaupun mengklaim mengerti sedikit ajaran Islam, tapi sebagai non-Islam, harus memposisikan dirinya di luar otoritas untuk mengutip atau menafsir ayat tersebut. Menafsir tanpa terlibat secara iman hanya akan membawa polemik, terlepas cara pandang orang, terlebih umat Muslim yang mengimaninya. Di luar polemik pengutipan ayat yang dilakukan Ahok, hemat saya, pengutipan ayat suci kerap dilakukan bukan pada tempat dan tujuan yang sebenarnya. Sudah tak jarang ayat suci dipakai demi menghalalkan segala cara manusiawi. Itu bahkan terjadi di kalangan Kristen juga.

Saat hati Jokowi gatal dan Fahri Hamzah membual

Image
Dari sekian masyarakat yang mengapresiasi langkah Presiden Jokowi ikut melihat proses OTT di Kemenhub, Selasa (11/10) kemarin, hanya politikus PKS Fahri Hamzah yang memberikan tanggapan keras. Dia menilai, Jokowi hanya cari sensasi karena banyak hal sama dilakukan oleh oknum di negeri ini. "Kalau sekadar sensasi mendatangi tempat ada uang puluhan juta yang dipungut, ini tuh titik sampah di tengah masyarakat kita banyak. Tapi, apa itu jadi urusan Presiden?" ujar Fahri.

Nasib Rhoma Irama tak seindah lagu dangdut

Image
Andai bisa kembali ke era 80 an, nasib Hj. Roma Irama dan partainya pasti tak sesedih sekarang ini. Dengan modal jutaan penggemar seantero negeri, Partai Idaman bukan tidak mungkin berpeluang ikut Pilpres 2019. Itu tak lain karena nama besar Rhoma Irama mempunyai daya magnet tersendiri untuk menarik simpatisan secara sukarela. Sayangnya, selain zaman sudah berubah, popularitas Rhoma itu tak cukup mendongkrakan partainya. Bersama tiga partai lainnya, Partai Idaman dinyatakan gagal sebagai partai berbadan hukum oleh Kementrian Hukum dan HAM. Padahal, dalam beberapa kesempatan, Raja Dangdut ini optimis partainya bakal ikut Pilpres 2019 nanti. Atau mungkin karena zaman lagu dangdut dan ketenaran Rhoma sudah tergerus oleh minat kekinian dan tak bisa cukup kuat menarik simpati. Selain syarat kepengurusan yang belum terpenuhi, Rhoma mempunyai sejuta pekerjaan rumah untuk benar-benar siap berlaga.  

Irasionalitas manusia Indonesia dalam wajah Taat pribadi

Image
Nama Kanjeng Taat Pribadi mendadak tenar di negeri ini. Publik menjadi heboh dan mencari tahu siapa sebenarnya pria asal Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo itu.  Aksi Taat dalam menggandakan uang tidak hanya menjadi viral di media massa tapi juga memancing diskurus. Penyebabnya tak lain karena banyaknya pengikut Taat dari orang kecil hingga cendikiawan. Lucunya lagi, pengikut Taat bahkan membelanya sebagai pria yang ajaib, wali yang sengaja diturunkan Tuhan untuk membantu menyelesaikan kesulitan warga. Tumpukan uang yang diunggah di Youtube, dipercaya merupakan uangnya dan harus disalurkan kepada santri-santri dan warga sekitar. Tak jarang pula pengikutnya mengeluk-elukan dia dengan alasan tersebut.

Jembatan favorit untuk bunuh diri dan tanda cinta di Kupang

Image
Bagi anda yang pernah tinggal atau mengunjungi Kota Kupang, Propinsi NTT, Jembatan Liliba pasti tak asing lagi. Ya, jembatan rangka baja sepanjang 135 meter yang menghubungkan berada di Jalan Piet A Tallo, Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang ini sepintas nampak seperti jembatan biasa. Tetapi siapa sangka, Jembatan Liliba menjadi salah satu tempat favorit bunuh diri.  Menurut data Satreskrim Polresta Kupang, sudah ada 5 orang korban meninggal akibat bunuh diri di Jembatan Liliba sepanjang tahun 2013-2015 saja. Sementara catatan awal kasus bunuh diri sudah mulai sejak tahun 2000-an. Banyak alasan mengapa seseorang mengakihiri hidupnya di tempat ini. Ada yang bunuh diri karena masalah cinta. Ada juga yang bunuh diri karena frustasi dalam hidup. Untuk mencegah aksi bunuh diri kembali terjadi di Jembatan Liliba, warga sekitar terpaksa memasang pelang yang bertuliskan, 'Dilarang bunuh diri di tempat ini. Cari tempat lain saja'.

Asap menanti Ruhut Sitompul

Image
"Ayo, kejar Ruhut dong. Gue disuruh videoin dia," pinta salah seorang rekan. Siang itu kami masih menunggu Ruhut Sitompul di bawah eskalator Lantai II Gedung DPR, Jakarta. Ditemani rokok, kopi dan makanan ringan, mata kami seolah-olah tak mau membiarkan kedatangan politisi Demokrat itu lolos dari pandangan. Kami menunggu dan akan terus menunggunya. Rekan-rekan saya di berbagai media online disuruh me runing berita terkait sikapnya di Pilkada DKI 2017. Sebab berita tentang 'pembelotan' Ruhut dari Partai Demokrat terkait dukungan di Pilkada DKI 2017 jadi trending. Berita itu bahkan mengalahkan sidang Jessica, skandal dugaan suap Ketua DPD Irman Gusman dan kasus penipuan Kanjeng Taat Pribadi yang nota bene lagi hangat-hangatnya. Ruhut dan partainya memang berbeda sikap terkait dukungan. Dia mendukung Basuki T Purnama-Djarot Syaiful Hidayat dan menolak untuk menjagokan Agus Trimurti Yudhoyono-Silvia Murni yang nota bene 'sedarah daging' dengannya. Di kub

Membela Jessica Kumala Wongso

Image
Malam yang dilematis bagi Mirna ketika mendapati handphone nya dikirim pesan oleh Jesica. Mereka harus bertemu di Kafe Ceria besok pagi pukul 9.00 WIB. Mirna tahu itu bukan waktu yang tepat untuk bertemu Jesica, sahabatnya itu. Tapi isi pesan Jesica seperti berkuatan magis, menarik logika dan kata hati kecilnya. Ada satu hal yang mereka bahas. Sesuatu yang sangat rahasia bahkan paling rahasia di antara hubungan mereka selama ini. Pertemuan itu pun terjadi. Jesica datang sejam dari waktu yang dijanjikan. Detak jantungnya sangat tak normal, bahkan melewati irama jarum detik. Dia tidak sabar, sesekali melihat keluar siapa tahu Mirna sudah datang. Pukul sembilan lebih lima belas menit Mirna datang. Jesica senang, Mirna membaca pesannya semalam jika dia datang harus seorang diri. Tapi terkejut ia ketika melihat seorang lelaki mengejar Mirna. Di depan matanya, lelaki itu mengecup pipi pipi Mirna. Jesica jadi cemburu tapi dia menyimpannya dalam hati. Mirna dilihatnya tersenyum ketika

Haruskah Indonesia minta maaf kepada PKI?

Image
Peristiwa 1965 menjadi catatan kelam sejarah bangsa ini. Peristiwa berawal dari pembunuhan enam jenderal dan 1 perwira itu kemudian berujung dengan pembantaian ratusan orang-orang dicap sebagai komunis. Setengah abad peristiwa itu telah berlalu, harapan akan adanya penyelesaian terus bergulir. Banyak kalangan mendesak agar ada pelurusan sejarah di tahun 1965 hingga 1968. Harapan pun muncul agar pemerintah mengeluarkan sikap tegas. Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Senin (18/4/2016) lalu dinilai menjadi niat awal yang baik pemerintah dalam mengungkapkan fakta sejarah. Meski belum menghasilkan sikap final, Direktur Para Syndicate Beny Sulistyo mengatakan proses ini harus dihargai sebagai jalan meluruskan sejarah bangsa ini. Romo Beny menekankan agar Pemerintah melalui Presiden, harus meminta maaf dan mengakui bahwa bangsa ini pernah melakukan dan membiarkan pembunuhan masal. Menurut dia, bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar jika mampu

Isu SARA bisa kalahkan Ahok?

Image
Isu  Suku, agama, ras antargolongan (SARA)  memang menjadi momok dalam berdemokrasi di Indonesia. Tak sedikit pihak menggunakan SARA untuk menjegal satu sama lain.  Padahal di beberapa tempat, latar belakang agama dan suku tidak menjadi halangan bagi seseorang untuk menjadi pemimpin. Sebut saja Sadiq Khan yang sukses Walikota London, Ingrris. Dia merupakan warga muslim pertama yang berhasil menjadi pemimpin di negeri dengan julukan tiga singa itu Isu SARA juga seolah tidak bisa lepas dari Pilkda DKI, termasuk di Pilkada 2017 nanti. Sempat muncul di Pilkada DKI 2012, isu SARA kembali mencuat di tengah sengitnya persaingan untuk merebut kursi pimpinan di ibukota.