Tikus-tikus korup akan diringkus Ahok
Saya tersenyum begitu Basuki T Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat ingin membasmikan tikus-tikus di DKI Jakarta. Gerakan Basmi Tikus (GBT), begitu nama ide pasangan petahana ini. Saya sepakat. Tikus-tikus ada di mana-mana. Menggangu dan menjijikkan. Jijik melihat tikus yang mirip besarnya bisa mencapai kucing. Malahan, tikus di Jakarta tidak takut dengan kucing.
GBT tidak saja program. Ada juga nilai persuasif plus edukatifnya. Mengajak masyarakat yang dekat dengan tikus (rumah-rumah warga atau lokasi yang dikerumuni tikus) dengan bayaran sebesar Rp 20.000 untuk seekor tikus. Lumayan. Tambah modal di Warkop. Itu nilai persuasifnya. Sedangkan edukatifnya adalah mengajak masyarakat untuk hidup lebih bersih dan memperhatikan lingkungannya.
Mudah-mudahan masyarakat antusias menerima tawaran Ahok-Djarot ini. Sebab tikus menjadi penyebab munculnya penyakit Pes. Pes atau sampar (plague) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri bernama Yersinia pestis.Penyakit ini dikenal juga dengan istilah wabah hitam (black death). Bakteri ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
Penyakit ini menyebar dengan mudah di area yang padat, memiliki sistem sanitasi buruk, serta area yang memiliki populasi hewan pengerat yang cukup tinggi, khususnya tikus, misalnya pedesaan dan semi pedesaan di Asia. Jumlah manusia yang pernah terinfeksi dengan jumlah terbesar adalah di Afrika. Di Indonesia sendiri hingga tahun 2010 terdapat 5 kabupaten yang menjadi wilayah fokus Pes, yaitu Kabupaten Pasuruan (Jatim), Sleman (DI Yogyakarta), Boyolali (Jateng), serta Bandung dan Cirebon (Jabar).
Kepala Dinas Kesehatan DKI, Koesmedi Priharto mengklaim belum ada gejala Pes oleh adanya tikus-tikus di Jakarta. Namun dia tidak menampik adanya penyakit leptospirosis oleh kencing tikus di Jakarta. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini. Beberapa jenis hewan yang dapat menjadi pembawa leptospirosis, yaitu anjing, hewan pengerat seperti tikus, dan kelompok hewan ternak seperti sapi, serta babi.
Kampanye Pilkada
Jika berbicara kampanye Pilkada, saya yakin GBT ini bagian dari sebuah kampanye Ahok-Dajrot. Meski keduanya menolak disebut bagian dari kampanye, tidak bisa kita sangkal jika hidup bersih dan menjaga kenyamanan adalah tujuan utama dari program ini. Lewat GBT, Ahok dan Djarot mengkmpanyekan hidup sehat di Jakarta, khususnya kawasan kumuh yang menjadi tempat mangkal favorit tikus. Cerdas. Ahok dan Djarot tidak lagi mengkampanyekan program-program mengentaskan banjir, kemacetan yang parah, atau pembangunan hunian layak yang tidak membuat masyarakat tergusur lagi. Dan rata-rata itu juga yang dikampanyekan para calon lawan saat ini.
Tapi, pertanyaannya, kalau masyarakat mau, kok tunggu dibayar baru mau memusnahkan tikus-tikus itu? Yah hidup di Jakarta, boss. Apa-apa semuanya tak lepas dari uang. Maka tak heran PSSU atau tukang sampah di RT/RW itu berbayar kalau bukan untuk mengakut sampah di rumah penduduk karena kebiasan jorok buang sampah di sembarang tempat menjadi tradisi harian. Banjir menahun itulah akibatnya.
Tikus koruptor
Tikus. Secara simbolis mewakili koruptor di negeri ini. Dia mencuri, mengambil sesuatu yang bukan haknya.
Tingkat kepercayaan masyarakat DKI terhadap Ahok, terutama dalam hal transparansi anggaran dan pelayanan publik boleh dikatakan sangat tinggi. Ahok dengan garang melawan DPRD DKI yang main anggaran siluman.
Kisruh Ahok dann DPRD soal anggran ini berawal dari rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2015 yang diajukan oleh DPRD dan telah disahkan dewan akhir Januari lalu.
Menurut Ahok, dalam APBD yang akan diajukan ke Kementerian Dalam Negeri itu mendadak muncul dana-dana yang tidak wajar. Antara lain dalam anggaran Dinas Pendidikan.
Misalnya anggaran untuk pengadaan perangkat Uninterruptible Power Supply (UPS) bagi sekolah-sekolah SMP yang ditulis Rp. 6 miliar. Padahal harga UPS yang paling mahal hanya sekitar Rp 1 miliar, dan yang dianggap memadai sudah bisa diberli dengan harga Rp. 100 juta. Peralatan itu dibutuhkan untuk menstabilkan aliran listrik bagi perangkat komputer.
Ahok selanjutnya mengatakan, dana-dana tidak wajar APBD yang disebutnya "anggaran siluman" itu seluruhnya mencapai Rp 12 triliun. Sebagai Gubernur DKI, ia menolak meneruskan APBD itu kepada Kementerian Dalam Negeri.
Digoyang isu RS Sumber Waras dan dugaan adanya aliran dana ke Teman Ahok beberapa waktu lalu tak menurunkan harapan publik kepada Ahok. Masyarakat masih mengharapkan adanya perlawanan yang sama ke depan terutama menjaga uang negara dari tikus-tikus koruptor.
Hemat saya, GBT tak saja kampanye keberisahan dan hidup sehat ala Ahok-Djarot. GBT adalah sebuah simbol perlawanan atas korupsi di DKI. GBT adalah sebuah isyarat yang penuh makna. Teks harus dibaca konteks. Konteks di Jakarta adalah banjir karena ketidakpedulian masyarakat. Konteks Jakarta juga adalah korupsi yang dilakukan oleh tikus-tikus berwajah rakyat dan berdasi rapi.
GBT tidak saja program. Ada juga nilai persuasif plus edukatifnya. Mengajak masyarakat yang dekat dengan tikus (rumah-rumah warga atau lokasi yang dikerumuni tikus) dengan bayaran sebesar Rp 20.000 untuk seekor tikus. Lumayan. Tambah modal di Warkop. Itu nilai persuasifnya. Sedangkan edukatifnya adalah mengajak masyarakat untuk hidup lebih bersih dan memperhatikan lingkungannya.
Mudah-mudahan masyarakat antusias menerima tawaran Ahok-Djarot ini. Sebab tikus menjadi penyebab munculnya penyakit Pes. Pes atau sampar (plague) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri bernama Yersinia pestis.Penyakit ini dikenal juga dengan istilah wabah hitam (black death). Bakteri ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
Penyakit ini menyebar dengan mudah di area yang padat, memiliki sistem sanitasi buruk, serta area yang memiliki populasi hewan pengerat yang cukup tinggi, khususnya tikus, misalnya pedesaan dan semi pedesaan di Asia. Jumlah manusia yang pernah terinfeksi dengan jumlah terbesar adalah di Afrika. Di Indonesia sendiri hingga tahun 2010 terdapat 5 kabupaten yang menjadi wilayah fokus Pes, yaitu Kabupaten Pasuruan (Jatim), Sleman (DI Yogyakarta), Boyolali (Jateng), serta Bandung dan Cirebon (Jabar).
Kepala Dinas Kesehatan DKI, Koesmedi Priharto mengklaim belum ada gejala Pes oleh adanya tikus-tikus di Jakarta. Namun dia tidak menampik adanya penyakit leptospirosis oleh kencing tikus di Jakarta. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini. Beberapa jenis hewan yang dapat menjadi pembawa leptospirosis, yaitu anjing, hewan pengerat seperti tikus, dan kelompok hewan ternak seperti sapi, serta babi.
Kampanye Pilkada
Jika berbicara kampanye Pilkada, saya yakin GBT ini bagian dari sebuah kampanye Ahok-Dajrot. Meski keduanya menolak disebut bagian dari kampanye, tidak bisa kita sangkal jika hidup bersih dan menjaga kenyamanan adalah tujuan utama dari program ini. Lewat GBT, Ahok dan Djarot mengkmpanyekan hidup sehat di Jakarta, khususnya kawasan kumuh yang menjadi tempat mangkal favorit tikus. Cerdas. Ahok dan Djarot tidak lagi mengkampanyekan program-program mengentaskan banjir, kemacetan yang parah, atau pembangunan hunian layak yang tidak membuat masyarakat tergusur lagi. Dan rata-rata itu juga yang dikampanyekan para calon lawan saat ini.
Tapi, pertanyaannya, kalau masyarakat mau, kok tunggu dibayar baru mau memusnahkan tikus-tikus itu? Yah hidup di Jakarta, boss. Apa-apa semuanya tak lepas dari uang. Maka tak heran PSSU atau tukang sampah di RT/RW itu berbayar kalau bukan untuk mengakut sampah di rumah penduduk karena kebiasan jorok buang sampah di sembarang tempat menjadi tradisi harian. Banjir menahun itulah akibatnya.
Tikus koruptor
Tikus. Secara simbolis mewakili koruptor di negeri ini. Dia mencuri, mengambil sesuatu yang bukan haknya.
Tingkat kepercayaan masyarakat DKI terhadap Ahok, terutama dalam hal transparansi anggaran dan pelayanan publik boleh dikatakan sangat tinggi. Ahok dengan garang melawan DPRD DKI yang main anggaran siluman.
Kisruh Ahok dann DPRD soal anggran ini berawal dari rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2015 yang diajukan oleh DPRD dan telah disahkan dewan akhir Januari lalu.
Menurut Ahok, dalam APBD yang akan diajukan ke Kementerian Dalam Negeri itu mendadak muncul dana-dana yang tidak wajar. Antara lain dalam anggaran Dinas Pendidikan.
Misalnya anggaran untuk pengadaan perangkat Uninterruptible Power Supply (UPS) bagi sekolah-sekolah SMP yang ditulis Rp. 6 miliar. Padahal harga UPS yang paling mahal hanya sekitar Rp 1 miliar, dan yang dianggap memadai sudah bisa diberli dengan harga Rp. 100 juta. Peralatan itu dibutuhkan untuk menstabilkan aliran listrik bagi perangkat komputer.
Ahok selanjutnya mengatakan, dana-dana tidak wajar APBD yang disebutnya "anggaran siluman" itu seluruhnya mencapai Rp 12 triliun. Sebagai Gubernur DKI, ia menolak meneruskan APBD itu kepada Kementerian Dalam Negeri.
Digoyang isu RS Sumber Waras dan dugaan adanya aliran dana ke Teman Ahok beberapa waktu lalu tak menurunkan harapan publik kepada Ahok. Masyarakat masih mengharapkan adanya perlawanan yang sama ke depan terutama menjaga uang negara dari tikus-tikus koruptor.
Hemat saya, GBT tak saja kampanye keberisahan dan hidup sehat ala Ahok-Djarot. GBT adalah sebuah simbol perlawanan atas korupsi di DKI. GBT adalah sebuah isyarat yang penuh makna. Teks harus dibaca konteks. Konteks di Jakarta adalah banjir karena ketidakpedulian masyarakat. Konteks Jakarta juga adalah korupsi yang dilakukan oleh tikus-tikus berwajah rakyat dan berdasi rapi.
Comments
Post a Comment