Jejak geng motor di Kota Bandung

Berkas:XTC Indonesia (foto oleh Reni Susanti).jpg

Sekumpulan anak muda bersenda-gurau di bawah remang malam di Kafe Panas Dalam, Jalan Ambon, Kota Bandung Kamis malam lalu. Tak jauh dari mereka, puluhan motor berbagai merek berjejer rapi. Di depan kafe terdapat sebuah panggung mini. Berapa malam sebelumnya, sejumlah artis dan band papan atas telah manggung di tempat ini.

Di tempat inilah para anak muda dan pecinta motor berkumpul. Mereka dikenal sebagai klub Excalt to Creativity (XTC), sebuah organisasi masyarakat bekas geng motor pernah ditakuti beberapa tahun lalu di Kota Bandung. Sebuah rumah berukuran sedang bercat putih, tepatnya di sebelah Kafe Panas Dalam dijadikan markas besar XTC.

Nama XTC (sebelumnya bernama Excalt to Coitus) dan tiga klub motor lainnya seperti Brigez, Moonraker dan GBR memang sempat ramai kala itu menjadi perbincangan di media. Kini empat klub motor ini dikait-kaitkan dengan peristiwa penusukan yang berujung kematian seorang anggota Kopassus dua minggu lalu.

Bukan tanpa sebab, empat klub ini terlanjur punya citra buruk di mata masyarakat Kota Bandung. Di masa lalu, mereka sungguh ditakuti karena kerap melakukan tindakan kriminal seperti balap liar, tawuran, penusukan, dan lain sebagainya.

Saya dari merdeka.com coba menelusuri keberadaan geng motor di Kota Bandung. Kamis malam kemarin, nyaris tak terlihat konvoi motor sebagaimana cerita yang beredar. Anak muda yang tergabung dalam organisasi masyarakat bekas geng motor dulu pun hanya melewatkan malam di Kafe Panas Dalam. Lalu seperti apa saja kegiatan para bekas anggota geng motor ini?

Ketua XTC Kota Bandung, M Dicky Fauzia Rahman mengatakan, sejak deklarasi damai tahun 2012, klub motor ini sudah melepaskan kelakuan buruk di masa lalu. Sekalipun tidak melepaskan dunia motor dan trek balapan, XTC sudah mulai berbenah menjadi Organisasi Masyarakat tergabung dalam Organisasi Kepemudaan (OKP) dan di bawah Ikatan Motor Indonesia. Puncaknya, XTC mendeklarasikan diri sebagai OKP pada tahun 2015. Secara kelembagaan mereka terdaftar resmi di Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri Kota Bandung.

"Kita tidak seperti dulu lagi. XTC sudah menjadi Ormas dan klub motor di bawah IMI. Kita juga sudah terdaftar di Kesbangpol Kota Bandung. Begitu juga ketiga klub lainnya, Brigez di OKP, Moonriker sih di bawah IMI, dan GBR jadi LSM. Wadah itulah yang mempertemukan kita," kata Dicky saat berbincang dengan merdeka.com di markas XTC, Kamis malam pekan lalu.

Citra buruk di masa lalu memang menjadi beban sejarah bagi penerus XTC. Menurut Dicky, keadaan sekarang ini sudah jauh berbeda. Dicky dan juga pengurus pusat XTC Indonesia bertekad mendidik anggota-anggota baru ke arah yang lebih baik. Dicky mengatakan, anggota baru yang rata-rata masih duduk di SMA dan universitas ini dididik untuk menjadi pemuda yang loyal, berjiwa sosial dan bertanggungjawab untuk masa depan.

"Kita tidak meneruskan kelakuan buruk di masa lalu tapi meluruskan dari yang tidak baik ke arah yang baik. Dari yang tidak benar ke arah yang benar," ujar Dicky yang sudah bergabung XTC sejak kelas 1 SMP ini.

Pernah melakukan tindakan kriminal bertahun-tahun sejak didirikan tahun 1982, XTC justru sudah bekerja sama dengan Polrestabes Bandung, TNI dan juga pemerintah untuk menanggulangi masalah kriminalitas dan melakukan kegiatan sosial di Kota Bandung. Secara internal, anggota XTC diarahkan ke hal positif seperti peningkatan akademik, mengarahkan anggota pada balap profesional dan pelatihan kepemimpinan.

"Kita melakukan sosialisasi HIV/AIDS ke kampus dan sekolah-sekolah, XTC juga mempunyai tim khusus untuk siaga bencana dan membantu aparat menanggulangi angka kriminalitas," katanya.

Sekilas tentang sejarah kelam dulu, Dicky mengatakan hal itu disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah. Anak-anak muda kala itu tak diarahkan secara baik dan malah 'dibiarkan' melakukan tawuran dan balapan liar. Empat geng motor ini ibarat kucing dan tikus, kapan dan di mana saja saling berhadapan secara fisik.

Saat ini XTC sudah memiliki belasan ribu keanggotaan baik yang terdaftar resmi maupun tidak. Mereka tersebar di 12 provinsi di Indonesia dan juga di luar negeri. Untuk Kota Bandung sendiri, XTC terdiri dari empat ranting besar yang menyebar luaskan XTC di 24 wilayah hingga cabang ranting di Rukun Tetangga dan Rukun Warga. Untuk perekrutan anggota baru dilakukan dengan cara melaporkan diri ke pemerintah kecamatan, kepolisian dan Koramil.

"Jika sudah disetujui di tiga tempat ini mereka boleh masuk dengan usia minimal 17 tahun ke atas. Karena kalau berbuat negatif pun, jaminan adalah diri mereka sendiri," kata Dicky.



Tulisan ini sudah dimuat di merdeka.com dan digubah seperlunya

Comments

Popular posts from this blog

Nasib rumah para jenderal korban peristiwa 65

Perjuangan melawan kemiskinan di perbatasan TTU

Gereja Ayam, simbol kebangkitan pribumi