Ketika Ahok malas dan para barisan sakit hati bernyanyi


Cerita kemarahan Ahok & pendukung 'gelap' Eggi Sudjana di Pilgub
foto merdeka.com
Buku tentang Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama 'Ahok Pemimpin Bajingan' terbit beberapa waktu lalu. Buku yang ditulis  Maksimus Ramses Lalongkoe dan Syaefurrahman Al-Banjary ini mengulas perjalanan politik Ahok dan sosok kepemimpinannya yang tak kenal kompromi, tegas dan kadang dinilai menabrak aturan. Menurut penulis buku, hal itu dilakukan Ahok ketika menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, anggota DPR RI dan gunernur DKI Jakarta.

Nampaknya, buku ini tak booming amat jika dibandingkan dengan ucapan Ahok setiap hari, entah di Balai Kota maupun ketika dia menghadiri sebuah acara. Ahok tetaplah Ahok yang dikenal ceplas-ceplos, lucu dan menimbulkan beragam reaksi dari lawan politik hingga parpol-parpol di tanah air oleh setiap ucapan yang keluar dari mulutnya. Meski diulas dalam buku sekalipun, gaya kepemimpinan Ahok sudah dikenal luas dan menjadi bagian tersendiri di hati masyarakat pendukungnnya.

Hingar bingar politik tanah air memang tak bisa lepas dari Ahok dan Pilkada DKI 2017. Kondisi politik di ibu kota ini memang strategis. Dia bisa menentukan siapa yang bakal menjadi pemimpin bangsa ini ke depan. Dan drama politik itulah yang sedang kita tontonkan setiap hari, antara Ahok dan para lawan politiknya.

Situs media merdeka.com pada Jumat (10/6/2016) kemarin menulis Ahok malas membahas Pilgub DKI. Ahok berdalih lebih baik fokus kerja ketimbang membahas Pilkada ibu kota yang mulai tak nyaman bagi dia. "Jalani saja. Tiap hari ngomong itu mulu. Ngomong kerja saja lah. Bosan aku," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta.

Apakah Ahok sudah mulai kehilangan nyali meladeni lawan politiknya selama ini? Jawabannya mungkin tidak. Bukan Ahok kalau tidak mempunyai seribu macam cara untuk menjawab kritikan para lawan. Tapi kenapa Ahok bisa malas? Sederhana, Ahok tentu dipusingkan dengan berlakunya UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pilkada khususnya pasal 48 yang mengatur soal verifikasi faktual. Meski tak mau mengakuinya, Ahok paling tidak merasakan banyaknya serangan untuk menjegalnya.

Nyanyian sakit hati

Tanpa berniat mengulas buku, hemat saya, kata 'bajingan' dalam judul buku memang sarat makna. Bagi penggemar Ahok, kata itu barang tentu sudah mewakili sikap tegasnya selama ini dalam membersihkan birokrasi dari praktik korupsi, penataan wajah ibu kota, hingga pilihannya maju secara independen di Pilgub DKI Jakarta 2017.

Tapi jangan salah, kata 'bajingan' bisa saja dinilai oleh lawan politiknya dengan makna denotatif yakni Ahok yang memang bajingan karena tukang gusur, berkalimat kasar, main pecat bawahan, meremehkan parpol karena maju secara independen hingga nabrak aturan di pembelian lahan RS Sumber Waras. Maka tak heran berbagai cara untuk menjegal Ahok. Mulai dari cap melakukan deparpolisasi, diduga kuat terlibat korupsi RS Sumber Waras, keterkaitannya di kasus suap proyek reklamasi Pantai Jakarta Utara.

Pun ketika pengumpulan KTP oleh Teman Ahok sudah melampaui target syarat di KPUD, masih ada juga aturan yang membuat mereka pusing. Masih ingat wacana penggunaan materai yang tercantum dalam draft Perubahan Kedua atas PKPU No. 9 Tahun 2015 lalu. Ahok dan pendukungnya dibuat berang. Syarat itu tentu memberatkan. Apakah ini semacama nyanyian sakit hati para lawan Ahok? Yah, berdiri di atas undang-undang memang sulit. Lihat kata Ahok, "Saya ikut sajalah apa mau mereka. Emang siapa yang berani lawan undang-undang?"

Lalu apa saja reaksi Teman Ahok? Mereka menilai, syarat bagi calon independen sungguh diperberat oleh berlakunya undang-undang tadi. Kekhawatiran pendukung Teman Ahok muncul karena menganggap dukungan KTP pemilih pemula akan gugur jika tidak terdaftar di DPT Pemilu terakhir. Selain aturan mencocokan KTP oleh KPU, malah jumlah 20.000 KTP di luar negeri terancam hangus karena tidak diatur dalam undang-undang tersebut.

Mungkin terlalu dini untuk mengatakan aturan itu dibuat untuk memperberat dan menjegal Ahok. Dan kita pun boleh menduga tudingan melakukan deparpolisasi, terkait korupsi RS Sumber Waras, ada kongkow Aguan dan Ahok di kasus reklamasi hanyalah semacam lagu sakit hati yang mau dialamatkan kepada Ahok. Curiga boleh kan?






Comments

Popular posts from this blog

Nasib rumah para jenderal korban peristiwa 65

Perjuangan melawan kemiskinan di perbatasan TTU

Gereja Ayam, simbol kebangkitan pribumi