'Cinta politis' Megawati dan Ahok

Jauh-jauh hari politikus PDIP Hendrawan Supratikno sudah mengetahui isi hati Megawati Soekarnoputri. Dia tahu, sang ketua umum akan mencalonkan kembali petahana Basuki Tjahja Purnama (Ahok) di Pilgub DKI 2017.

Namun sebagai kader, Hendrawan menutup rapat informasi itu. Dia membiarkan politik menjadi liar dalam belantaranya, terutama isu partainya akan mengusung kembali Ahok. Hendrawan dan elite PDIP lainnya bahkan diberikan kesempatan untuk menafsir dan mempresepsikan setiap komentar-komentar Mega kepada Ahok.

"Saya sudah tahu lama Ahok akan diusung tapi kan kita punya mekanisme internal yang harus ditaati," kata Hendrawan usai kabar pengusungan Ahok-Djarot di DPP PDIP, Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat, Selasa (20/9) malam.

Pengusungan kembali Ahok memang bukan kabar yang mengejutkan. Berbeda dengan Agus Harimurti Yudhoyono yang muncul di saat terakhir di kubu Cikeas, isu mengusung Ahok menjadi konsumsi sebagaian elite PDI P seperti Hendrawan. Bahkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto berkali-kali menyentil di media, meski secara samar-samar dan diplomatis, menyebut PDIP akan mengusung Ahok.

Dibalik keputusan itu, tentu ada alasan khusus Mega mempertahankan Ahok. Keduanya memiliki ikatan emosional yang kuat. Mega menyayangi mantan Bupati Belitung Timur itu meski kerap 'disakiti'. Meski berkali-kali Ahok tak mau mengikuti nasihatnya untuk bersabar, Megawati toh memilihnya ketimbang Walikota Surabaya Tri Rismaharini atau memberikan Djarot kursi DKI 1.

"Memang, ketika kami sering berdiskusi dengan Ibu Mega, sejak dulu secara pribadi beliau sayang ke Pak Ahok," kata Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto di Jakarta, Jumat (19/8).

Cinta Mega kepada Ahok terbukti kuat. Ahok mampu meluluhkan hati Megawati meski di internal PDIP dia kurang begitu disukai. Sederhana, Mega tidak pernah menyimpan dendam kepada Ahok. Dia tahu Ahok itu siapa, isi otak dan tingkahnya.

Cinta politis
 
Ada tiga jenis dan tahap cinta. Eros, filia dan agape. Eros, adalah kasih karena hawa nafsu. Filia, adalah kasih sahabat atau kasih sesama teman. Dan Agape, adalalah kasih Allah, kasih tanpa syarat. Mari kita bahas satu persatu.

Pertama, Eros. Dalam cinta eros yang berlaku adalah hanya kata karena. Misalnya, karena kamu cantik, saya cinta kamu. Cinta seperti ini hanya pada seorang remaja atau subjek yang tidak punya komitmen membangun relasi.

Tentu cinta eros tidak ada di antara Mega dan Ahok. Mengapa? Sejak dicalonkan bersama Jokowi di Pilgub 2014, PDIP lah pengusung utama Ahok. Dan hal itu kini terulang lagi. Mega tidak kehabisan cinta kepada Ahok sejak saat itu. Dia tetap memilih Ahok meski ada friksi di internal, mendukung dan menolak Ahok.

Kedua, Filia. Cinta filia adalah tipe cinta yang diwarnai kata 'supaya'. Contohnya, supaya kamu mengasihi saya, maka saya mengasihimu. Atau supaya kamu membantu saya, maka saya membantumu.

Hemat penulis, kadar cinta Megawati ada dalam tahap ini. Cinta filia adalah tipe cinta yang punya komitmen dan dilandasi oleh kemauan untuk saling melengkapi. Contoh yang paling dekat adalah ikatan sebuah perkawinan atau ikatan persahabatan. Namun cinta ini punya prakondisi, yakni syarat.

Cinta Mega kepada Ahok adalah filia, atau sahabat politis. Sebab di DKI 1 Ahok harus melanjutkan visi-misi PDI P dalam kontrak politiknya. Pula tidak ada yang tahu, apakah Mega memberi syarat khusus kepada Ahok dibalik pengusungan itu. Publik pun hanya bisa menerka-nerka terkait apakah Mega memberi syarat khusus kepada Ahok dibalik pengusungan itu. Publik pun hanya bisa menerka-nerka, berspekulasi dalam politik yang selalu kental dengan sebuah kepentingan.

Ketiga, Agape. Cinta dalam tahap ini ini hanya berlaku kata 'tanpa syarat'. Hanya cinta Allah kepada manusia ada dalam cinta agape. Dia tidak mengenal kata syarat. Dan cinta agape ini jelas tidak ada pada Mega dan Ahok.





Comments

Popular posts from this blog

Nasib rumah para jenderal korban peristiwa 65

Perjuangan melawan kemiskinan di perbatasan TTU

Gereja Ayam, simbol kebangkitan pribumi