'Risma itu masa lalu'
Dukungan kepada Risma mencuat ke permukaan sejalan dengan banyaknya penolakan atas petahana Basuki Tjahja Purnama (Ahok) di internal PDI P. Lebih dari itu, partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Kekeluargaan juga menyatakan dukungan mereka kepada Risma. Dalam simulasi politik Koalisi Kekeluargaan, Risma digadang-gadang berpasangan dengan Sandiaga Uno (Gerindra) atau Yusril Ihza Mahendra (oleh PKB).
Cerita menggalang dukungan terhadap Risma pun ternyata menjadi lain. DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan resmi mengusung petahana Basuki Tjahja Purnama-Djarot Saiful Hidayat sebagai cagub dan cawagub DKI 2017. Keputusan mengusung kembali Ahok-Djarot ini diambil setelah rapat pleno di kediaman Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, Jl. Teuku Umar, Jakarta Pusat, Selasa (20/9) sore kemarin.
"Oh sudah-sudah. (Risma) Itu bagian dari masa lalu," kata politikus PDI P Hendrawan Supratikno kepada penulis, Selasa malam.
Menurut Hendrawan, keputusan memilih Ahok dan Djarot sudah sesuai dengan masukan kader yang sejalan dengan hak preogratif Megawati. Risma, kata Hendrawan, lebih didukung orang luar ketimbang kader PDI P. "Ibu Risma kan diusulkan oleh orang-orang di luar PDIP," jelas dia.
Sementara itu, meski sudah didukung tiga partai (Hanura, NasDem dan Golkar), Ahok masih belum puas dan terkesan menunggu keputusan PDI P. Ragam survei juga memperlihatkan adanya saingan kuat antara Ahok dan Risma.
Dalam survei Poltracking yang terbaru misalnya, tingkat elektabilitas Risma tidak jauh berbeda dengan Ahok. Risma mengantongi 13,85 persen nilai keterpilihan, sedangkan Ahok dengan 40,77. Sementara itu nilai penerimaan di DKI, keduanya sama yakni, 64 persen.
Namun, menurut Hendrawan, berdasarkan empat kriteria penilaian di PDI P, Ahok pantas diusung kembali bersama Djarot ketimbang memilih Risma.
"Ada empat pertimbangan. Pertama, evaluasi kinerja hasilnya baik. Kedua, pasangan Ahok-Djarot meneruskan komitmen Jokowi-Ahok 2012. Ketiga, PDIP pluraslime, kebangsan dst. Keempat melihat tantangan Jakarta ke depan," jelas anggota DPR RI ini.
Politisi PDI P, Gembong Warsono mengatakan, dukungan kepada Ahok dipastikan tidak mempengaruhi kaderisasi di partai berlambang banteng moncong putih itu. Ahok dipilih berdasarkan keputusan DPP. Sementara polemik yang pernah berkembang di internal PDI P, kata dia adalah sebuah dinamika politik yang harus dilewati.
"Ada dinamika yang berkembang di DKI ya karena partai belum memutuskan," kata Gembong kepada penulis.
Tak jadi maju ke DKI, Risma rupanya mempunyai tugas khusus. Dia dinobatkan sebagai juru kampanye nasional DPP PDI Perjuangan. Tugas yang diembankan kepada Risma adalah wajib untuk dilaksanakan. Adapun alasan lebih memilih Ahok-Djarot adalah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sudah ada.
"Ya tentu saja keputusan diambil pada hari-hari terakhir ini dan itu setelah melakukan berbagai pertimbangan-pertimbangan," kata Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyantodi Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (20/9).
(Tulisan ini sudah dimuat di merdeka.com)
Comments
Post a Comment