Norak tau, samakan Yesus dengan Ahok
Ada fenomena baru Ahokers di Pilkada DKI 2017. Fenomena itu tak lain adalah menyamakan Basuki T Purnama (Ahok) dengan pribadi Yesus. Mereka menyebut Ahok itu orang terpilih seperti Yesus. Bahkan ada juga yang menyebut Ahok adalah pemenuhan nas Injili. Anda tidak percaya, silakan buka Facebook. Status itu bertebaran di mana-mana.
Hal itu juga membuat saya tertarik menulis ini. Awalnya hanya memaklumi saja. Tapi kemudian salah seorang sahabat saya mulai mengkritisi fenomena itu. Saya sepakat dan mulai mencari lead yang cocok. Akhirnya jadi seperti apa yang anda baca barusan: fenomena arkaik agamawi. Skenario dukungan yang kurang tepat dan bahkan menjual-jual nama agama. Tidak apa-apa misalnya ayat Injil itu dibuat untuk menghibur Ahok yang saat ini sudah jadi tersangka.
Kebetulan sahabat saya adalah Katolik. Dia menulis begini, 'Jangan lebai ngomong Yesus bawa Ahok. JANGAN SAMAKAN JUGA AHOK DENGAN YESUS. NORAK tau,'.
Kata-kata itu memang pedas, tajam dan bisa saja membuat orang tersinggung, apalagi orang itu sudah mati-matian mendukung Ahok. Tapi, seperti istilah filsafat 'mengurungkan prasangka', apa yang dikatakan sahabat saya sangat benar adanya. Dia mengingatkan kita untuk beriman secara rasional, bukan emosional semata.
Lagipula, pertarungan Pilkada di Jakarta yang sudah membias ke daerah bukanlah soal agama tapi melulu politik. Meski di dalamnya ada hal-hal yang berbau agama, atau tepatnya Ahok dengan pemuka agama (FPI, MUI dan ulama-ulama lainnya).
Juga sangat berlebihan kalau menyamakan AHOK dengan Yesus. Ahok itu manusia biasa dan Yesus itu Tuhan, Anak Allah yang Maha Tinggi. Itu menurut kacamata iman Kristiani. Apalagi menyamakan Yesus karena menyukai Ahok misalnya. Atau karena dia pro-Ahok dan kebetulan Kristiani, tiba-tiba memuji-muji Ahok setinggi langit dan menyamakan Yesus dengan sangat berlebihan. Bahkan ada yang sengaja mengutip ayat dalam Injil jika Ahok adalah titisan, orang yang terpilih. Lebay.
Ahok itu manusia biasa, berdosa, khilaf, dan tetap manusia biasa yang tidak punya kelebihan adiduniawi seperti malaikat sekalipun. Membawa nama Yesus dan menyandingkan dengan manusia tidak lebih dari sebuah penyelewengan iman itu sendiri. Please, jangan samakan Yesus dengan Ahok.
Kata mungkin yang paling tepat adalah menyebut Ahok dalam kinerjanya selaras dan bernafaskan iman Kristiani. Ia peduli dengan orang kecil, miskin dan terlantar (ada yang menyebut Ahok tukang gusur lho). Ungkapan itu lebih jauh terhormat secara Kristiani dan jauh dari sebuah fenomena agamais yang buta dan fanatik.
Tragedi cuci tangan Pilatus
Kasus Ahok dan Yesus rupanya agak mirip. Ahok dituduh menistakan Al-maidah 51, Kitab Suci umat muslim. Sementara Yesus menistakan agama Yahudi ketika menyebut dirinya sebagai Anak Allah (Mesias, Anak dari Yang Terpuji). Yesus juga dituduh menistakan agama karena menyebut dirinya dapat merubuhkan Bait Suci lalu membangunnya dalam tiga hari kemudian.
Yesus, bagi orang Yahudi kala itu, dengan menyebut dirinya sebagai Anak Allah sama artinya dengan menyamakan diri dengan Allah itu sendiri. Dalam hukuman Yahudi, seseorang yang menistakan agama harus dihukum mati. Maka pengadilan yang cocok untuknya adalah salib. Ya, Yesus harus disalibkan.
Tragedi pengadilan atas Yesus berjalan dalam dua periode, yakni Pengadilan Yahudi dan Pengadilan Romawi. Di Pengadilan Yahudi, Yesus melalui tiga kali interogasi yaitu di hadapan Hanas (mertua Imam Besar Kayafas), di Hadapan Imam Besar Kayafas dan di Hadapan Mahkamah Agama Sanhedrin.
Pengadilan di depan agama Yahudi ini tak lebih dari sebuah skenario mencari-cari kesalahan Yesus. Mereka, para pemuka agama seperti Orang Farisi (golongan pandai), Ahli Taurat (pakar kitab suci) dan imam-imam besar sengaja memancing-mancing Yesus yang kala itu hanya diam. Kata-kata Yesus adalah demikian: "Engkau sendiri yang mengatakan", ketika mereka menanyakan apakah Dia itu Mesias, Anak dari Yang Maha Tinggi. Mereka pun menyimpulkan jika tak perlu lagi cari bukti karena sudah mendengarnya secara langsung dari mulut Yesus (cat... masih banyak hal dalam pengadilan itu yang tidak saya ceritakan di sini).
Kemudian, Yesus dihadapkan ke Pengadilan Romawi. Di sini, Yesus mula-mula dihadapkan ke Pontius Pilatus. Seperti di Pengadilan yahudi, kesalahan Yesus juga dicari-cari. Di depan Pilatus Yesus dituduh melakukan pelanggaran politik.
Setelah tetek bengek tanya-jawab dengan Yesus, Pilatus menyimpulkan tidak menemukan kesalahan (ini seperti KPK yang menyebut belum menemukan niat baik... heheheh). Nah, setelah mendengar dari mereka bahwa Yesus berasal dari Galilea, Pilatus mengirimkan Yesus kepada raja Herodes yang memerintah daerah Galilea.
Sama seperti Pilatus, Herodes tidak mendapati kesalahan pada Yesus, lalu mengirimkan-Nya kembali kepada Pilatus lagi. Di sinilah Pilatus mengadili Yesus di atas kursi pengadilan resmi (bahasa Yunani: Litostrotos) dan menjatuhkan hukuman mati dengan disalibkan. Namun demikian, hukuman mati ini adalah keputusan yang dibuat Pilatus atas desakan publik. Pilatus tak mau kehilangan muka dan wibawa. Pilatus mencuci tangan dan menyerahkan hukuman atas Yesus sesuai hukuman Yahudi.
Penting diingat, apa yang terjadi pada Ahok dan Yesus adalah hal yang sangat berlainan, bahkan tidak ada kaitannya sama sekali dari konteks, waktu dan tujuan perjuangan itu sendiri. Kasus Ahok berada di tengah persaingan politis merebut kekuasaan di DKI. Sementara Yesus tidak pernah menginginkan suatu jabatan politis meskipun Dia kerap diminta rakyat untuk menjadi Raja Yahudi.
Yesus juga tidak seperti Ahok yang melakukan blusukan untuk membawa perubahan di DKI. Yesus tidak pernah menjanjikan apa-apa ketika dia berjalan untuk mengajar, menemui orang miskin dan sakit. Yesus datang dengan ajaran KASIH, bukan janji manis politik yang belum tentu dilakukan semua oleh Ahok nantinya.
Maka tidak ada alasan untuk menyamakan Yesus dengan Ahok. Menjadikan ayat-ayat suci untuk mendukung Ahok adalah sebuah politisasi agama. Ahok itu manusia dan Yesus itu Tuhannya Ahok. Dan lebih tepatnya lagi Ahok adalah manusia dan tetap manusia.
kalau menyamakan pak Ahik dg Tuhan Yesus saya nggak setuju,tetapi kalau Tuhan Yesus hidup dalam pribadi pak Ahok itulah yang saya maksud.dan jalan kehidupannya yg d fitnah dan d paksa di adili sedikit banyak mirip..ttp kalau d bilang pak Hok sama dg Yesus belum pernah saya baca. apakah penulis tidak berlebihan dalam menanggapi persepsi pendukung pak Ahok?
ReplyDeleteKalimat "Tuhan Yesus hidup dalam pribadi pak Ahok" saya tidak setuju, jelas2 kalau ahok menistakan agama umat lain bukannya fitnah, tapi yesus sesuai fakta saat dijamannya (ajaran KASIH, bukan janji manis).
Deleteperasaan ngga norak deh, apanya yang norak?
ReplyDelete