Pajero Habib Rizieq dan konspirasi jatuhkan Jokowi


Tak ada yang lebih fenomenal, mungkin, selain petahana Basuki T Purnama (Ahok). Kata-katanya pedas, tegas dan kadang nyelekit. Kata-kata juga itulah yang membawa Ahok ditolak oleh sebagaian umat muslim karena dugaan penistaan agama.

Ahok dibenci karena mulutnya tapi juga disukai warga karena program-programnya. Ketika mengunjungi wilayah di DKI atau misalnya meresmikan RPTRA, Rumah Sakit, Rusun dan sebagainya, Ahok lah yang paling ditunggu-tunggu. Ibu-ibu berderet menunggu Selfie. Anak-anak sekolah berkumpul meminta Ahok foto bareng. Tak ketinggalan artis-artis ramai meminta selfie dengan sang gubernur.

Tapi yang tak kalah fenomenal adalah Ketua FPI Habib Rizieq Sihab. Bukan komentar pedasnya tentang Ahok atau komentar penghinaan di YouTube tentang orang kafir tapi ketika pemuka agama ini menggunakan tunggangan mewahnya, Rubicon dan Pajero. Rizieq begitu fenomenal dengan mobil mewah yang hanya bisa dimiliki orang-orang kaya di Indonesia ini. Awak media selalu menunggu apakah Si Habib akan datang dengan mobil mewahnya.

Rizieq terlihat menggunakan mobil Pajero sport putih ketika berangkat menuju Masjid Istiqlal. Di masjid raya ini menjadi titik start para pendemo menuju Istana Merdeka. Mobil itu berplat nomor sangat istimewa. B 1 FPI. Mobil Rizieq ini bahkan sejajar dengan plat nomor mobil kepresidenan Mercedes-Benz RI 1 yang digunakan Presiden Jokowi.

Netizen tak mau ketinggalan mengomentari Pajero milik Rizieq. Twits Awliya Purba misalnya, "Kemarin B 1 FPI nya rubicon. skrg Pajero. Ini negara punya sendiri ya?

Habib Rizieq juga terlihat paling depan di atas mobil komando ketika aksi di Istana Negara. Dia diapiti dua politikus di Senayan, Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Keduanya mengaku ikut demo karena diundang. Kata Fahri, tugas anggota dewan adalah mendengarkan suara masyarakat. "Ada ketidaksetujuan kepada pihak pemerintah yang nampak tidak tersalur melalui jalur-jalur formil maka masyarakat mengambil jalan untuk berdemostrasi secara damai," kata Fahri mengungkapkan alasannya ikut ambil bagian dalam demo ini.

Dana yang digelontorin untuk mengadakan aksi bela Islam jilid II ini sangat fantastis. 100 milliar. Habib Rizieq mengaku dana itu merupakan patungan dari umat di seluruh Indonesia, selain bersumber dari gerakan pengawas nasional Fatwa MUI. Bahkan dia mengklaim dana itu merupakan wujud kasih Allah kepada umat-Nya yang membela agama. "Bisa lihat sendiri di beberapa rumah warga di Jakarta yang dijadikan dapur umum. Ini dananya jelas, dana terbatas yang dikasih Allah yang maha kaya," katanya.

Banyak orang yang ikut terlibat dari luar kota. Mereka mengaku terpanggil untuk membela Islam dan meminta Jokowi tidak melindungi Ahok.

Demo Ahok atau jatuhkan Jokowi?

Aksi berlangsung damai meski sekumpulan mahasiswa HMI di awal-awal demo sempat bersitegang dengan polisi. Baru kemudian ketika merasa tidak puas karena Jokowi tidak kunjung keluar menemui mereka, massa mengeluarkan komentar-komentar lepas agar Jokowi tidak melindungi Ahok. Suasana mulai panas. Gerombolan massa yang sudah mulai meninggalkan Istana Merdeka dipanggil kembali.

Kericuhan pun terjadi. Di media, pengakuan sangat bias. Pihak aparat mengklaim massa lah yang mulai anarkis. Pendemo terutama FPI dan HMI mengaku aparat yang memulai. Paling tidak kericuhan ini menimbulkan korban di kedua belah pihak. Demo damai pun berujung ricuh.

Anehnya, di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara terjadi aksi massal berupa penjarahan di sebuah minimarket. Selain itu, sekelompok pemuda juga berjibaku melempar polisi yang coba bertahan dengan tameng. Jauh malam diberitakan gabungan Polisi dan TNI berhasil memukul mundur massa. Beberapa provokator ditangkap dan dimintai keterangan.

Saya sendiri mendapat kiriman video dari grup Whatsapp berupa aksi pengeroyokan terhadap beberapa mobil. Segerombolan massa bahkan merusaki sebuah pabrik milik warga beretnis Cina. Di grup juga diingatkan agar semua warga tidak boleh keluar malam. Bahkan sahabat saya yang beretnis Cina mengaku sangat trauma teringat peristiwa 98.

Setiba di Jakarta, Jokowi yang sedari pagi mengadakan kunjungan kerja ke Bandara Soekarno Hatta segera melakukan rapat terbatas. Dia mengapresiasi demo berlangsung damai tapi juga menyesali adanya kericuhan. Di konfrensi pers dia menegaskan demo ini ditunggangi kepentingan politik.

Tarik menarik kejadian ini, paling tidak, hemat saya ada tiga hal yang terlihat dalam aksi ini. Pertama, pendemo adalah umat muslim yang menuntut Ahok diadili. Kedua, saya teringat dengan pernyataan Kapolri Jendeal (Pol) Tito Karnavian. Dia menduga, demo akan dimanfaatkan oleh sejumlah pihak, termasuk kaum jihad yang ingin mendeklarasikan negara Islam di Indonesia.


Kemudian yang ketiga, sebelum demo kemarin, mantan Presiden SBY meminta Ahok untuk segera diadili demi penegakan hukum yang adil di Indonesia. Dan terlihat sekali jika SBY begitu ngotot untuk memeperkarakan Ahok. Padahal dia tahu, Bareskrim Polri sudah berjalan menyelidiki kasus dugaan penistaan agama ini. Dan tidak lain hal ini tentu berkaitan dengan persaingan panas Pilkada DKI, termasuk dugaan dokumen Munir yang raib. Apakah SBY meminta Ahok untuk segera diadili atau sengaja mengalihkan perhatian publik atas kasus Munir? Biarlah saya dan kita semua menyimpulkan sendiri-sendiri.

Lalu di mana letak adanya upaya menjatuhkan Jokowi? Hadirnya penyusup dalam demo semalam paling tidak terlihat untuk mengacaukan suasana. Mereka tentu sengaja disusupi agar Jokowi lah yang bertanggungjawab dalam kerusuhan itu. Dan aktor politik itu tidak pernah sadar jika banal itu justru meruntuhkan nilai toleransi yang sementara ini dibangun dan dihidupi masyarakat akar rumput.

Atau Ahok kah yang menistakan agama atau justru mereka yang kerap tampil agamais dan seolah-olah paling tahu siapa itu Tuhan dan kebenaran-Nya? Hanya Tuhan yang tahu.

Comments

Popular posts from this blog

Nasib rumah para jenderal korban peristiwa 65

Perjuangan melawan kemiskinan di perbatasan TTU

Gereja Ayam, simbol kebangkitan pribumi